Senin, 07 November 2011

UTS FILSAFAT SEJARAH

1. Pandangan F.R Ankersmit mengenai filsafat sejarah dan teori sejarah
           Menurut F.R Ankersmit filsafat sejarah adalah Pengetahuan didalam mempertajam kepekaan kritis seorang peneliti sejarah. Dengan filsafat sejarah dapat mengapresiasikan pengkajian sejarah masa kini dengan memuaskan. Filsafat sejarah tidak mengajarkan bagaimana pengkajian sejarah harus dilakukan. Akan tetapi, filsafat sejarah dapat menawarkan pengertian mengenai untung ruginya berbagai pendekatan terhadap masa silam dan menjadikan kita waspada terhadap pendapat-pendapat keliru mengenai tugas dan tujuan pengkajian sejarah.

          Menurut Prof. J.M. Romein membedakan sejarah teoritis atau teori sejarah dari filsafat sejarah, dengan memberi tempat pada teori sejarah antara filsafat sejarah dalam arti yang asli dan pengkajian sejarah sendiri. Oleh Romein, teori sejarah diberi tugas untuk menyajikan teori-teori konsep-konsep yang memungkinkan seorang ahli sejarah mengadakan integrasi terhadap semua pandangan fragmentaris mengenai mas silam seperti dikembangkan oleh macam-macam spesialisasi di dalam ilmu sejarah.

          Menurut pandangan Ankersmit apabila teori sejarah seperti yang dibayangkan oleh Romein sungguh dapat dilaksanakan, maka seharusnya bidang teori sejarah dapat ditentukan garis perbatasannya dengan filsafat sejarah disatu pihak dan pengkajian sejarah dilain pihak. Teori sejarah adalah menyusun kembali kepingan-kepingan mengenai masa silam sehingga kita dapat mengenali kembali wajahnya. Filsafat sejarah merupkan ilmu yang harus dipertahankan, karena menurutnya tidak ada suatu cabang ilmu yang dapat dinamakan teori sejarah atau sejarah teoritis. 
Menurut Ankersmit teori sejarah yang dibayangkan oleh Romein tidak mempunyai hak hidup, karena menurutnya tidak mandiri.

Menurut Pendapat saya tulisan F.R Ankersmit sudah cukup mewakili mengenai pendapat-pendapat modern oleh beberapa ahli filsafat. dan didalam penulisannya dalam bukunya Refleksi Tentang Sejarah ia juga meregistrasikan bagaimana kondisi saat ini dalam perdebatan filsafat sejarah oleh para ahli.

2. Yang dimaksud dengan filsafat sejarah Spekulatif dan filsafat sejarah Kritis
            Filsafat sejarah Spekulatif, menurut F.R. Ankersmit filsafat sejarah spekulatif adalah mencari struktur dalam yang terkandung dalam proses sejarah dalam keseluruhannya. Filsafat sejarah spekulatif merupakan suatu perenungan filsafati mengenai tabiat atau sifat-sifat proses sejarah. Filsafat Sejarah Spekulatif berusaha untuk menemukan suatu struktur dasar dalam keseluruhan arus sejarah. Filsafat sejarah spekulatif tidak puas pada penggambran keadaan pada masa silam, sehingga pencarian terhadap suatu struktur dalam yang tersembunyi di dalam proses sejarah tersebut dilakukan secara lebih mendalam.
            Filsafat sejarah kritis, membhas tentang kebenaran sumber atau sarana-sarana, persoalan yang nantinya dihadapi adalah tentang penjelasan sejarah atau pada khususnya masalah penyebab atau sebab akibat. penjelas sejarah bertujuan untuk memperjelas suatu peristiwa yang terjadi pada masa lampau sehingga dapat dipahami secara keseluruhan. Penjelasan dilakukan dengan pola yang logis dan dapat dicerna oleh akal. Sejarah mengkaji cara-cara tertentu yang digunakan untuk menjelaskan suatu masalah, seperti sebab jangka panjang dan jangka pendek, sedangkan sejarah krtitis menjelaskan masalah bentuk-bentuk penjelasan dalam berbagai unsurnya, baik bersifst determinisme maupun indeterminisme. Filsafat sejarah kritis meletakkan posisi strategis sejauh mana kita dapat memperoleh pengetahuan yang benar mengenai masa silam dan bagiamana sifat pengetahuan itu.

Menurut pendpat saya, mata kuliah filsafat sejarah sebaiknya menerangkan filsafat sejarah kritis, karena didalam mempelajari filsafat sejarah kritis kita diajak untuk dapat memperoleh suatu kebenaran terhadap pengetahuan pada masa silam.

3. Pemikiran sejarah menurut Hegel, Leopold Von Ranke, CLM dan Collingwood
            Pemikiran sejarah menurut Hegel bahwa sejarah adalah kisah yang universal, menurut Hegel pemikiran sejarah sama dengan sejarah filsafat, karena filsafat dengan jelas menjadi sadar akan identitas akal. Akan tetapi, Hegel berpendapat bahwa tidak ada tempat bagi individual sebagai pendukung sejarah, didalam sebuah pengantar bukunya, G. WF Hegel, dinyatakan bahwa Hegel sebenarnya seorang yang berfikir konkret atas ide-idenya serta pemikirannya, dia juga merupakn filsuf yang tidak reaksioner dan revolusioner. Pemikirannya mengenai roh mutlak atau absolut dapat dilalui dengan pendekatan filsafat, agama dan seni. Pemikiran sejarah Hegel tidak memaknai filsafat sejarah hingga pada tataran definisi konkret dan spesifik, pandangannya yang memandang filsafat sejarah sebagai sebuah pertimbangan pemikiran terhadapnya. Hegel mengatakan bahwa sejarah merupakan konsepsi sederhana Rasio. Menurut pandangan Hegel dalam pemikirannya tentang sejarah : Bahwa manusia dan pemerintahan tidak pernah belajar apapun dari sejarah atau prinsip-prinsip yang didapat darinya.
             Pemikiran sejarah Leopold Von Ranke, menurut Leopold Von Ranke sejarah merupakan peristiwa yang unik dalam arti kata lain sejarah hanya yang berlaku sekali saja pada suatu waktu tertentu dan dengan hal yang demikian tidaklah ada satu peristiwa sejarah manapun yang mempunyai persamaan tepat dengnan satu peristiwa sejarah yang lain walaupun nampak seakan-akan sama. Sejarah merupakan suatu kebenaran yang harus mampu menunjukkan kehadiran peran Tuhan dimuka bumi, oleh karena itu baginya sejarah itu lebih dari sekedar fakta dan data. Metode yang digunakan Ranke adalah kritik sumber. Sebagai sejarahwan, ia sangat berhati-hati dalam pemilihan sumber dan membuang jauh-jauh segala pemikiran subyektifnya. Ia juga memperkenalkan metode seminar sebagai metode pengajaran sejarah yang efektif.
            Pemikiran sejarah CLM, CLM merupakan model yang dikembangkan oleh C.G Hempel untuk memberikan penjelasan sejarah. Model ini berawal dari pikiran Hume seorang filsuf dari Skotlandia. Hematnya alam diatur oleh hukum-hukum tertentu, demikian pula perbuatan manusia harus tunduk kepada prinsip-prinsip tertentu yang konstan dan universal. CLM membuka jalan untuk menereangkan peristiwa-peristiwa sejauh peristiwa itu termasuk satu jenis peristiwa tertentu, dengan kata lain CLM hanya menerangkan peristiwa-peristiwa sejauh itu berkenaan dengan aspek-aspek dalam peristiwa itu. CLM tidak mengatakan apakah peristiwa yang diterangkannya terjadi pada masa silam, masa kini atau masa depan. Dapat diakatakan bahwa CLM hanya menerangkan beberapa aspek dalam peristiwa-peristiwa.

            Pemikiran sejarah Collingwood, menurut R.G. Collingwood sejarah adalah sebuah bentuk penyalidikan atau suatu penyiasatan tentang perkara-perkara yang telah dilakukan oleh manusia pada masa lampau. Selanjutnya menurut Collingwood semua sejarah merupakan sejarah pemikiran, oleh karena itu menulis sejarah harus melukiskan kembali apa yang dipikirkan atau mengungkapkan cara berfikir dari perilaku sejarah itu. Demikian pula sejarahwan harus selalu melakukan proses rethink dan reenact darii pelakunya.

Menurut saya yang dapat dipertanggungjawabkan dalam menerangkan peristiwa sejarah adalah R.G. Collingwood karena R.G. Collingwood juga menetapkan model penjelasan sejarah. Model ini tidak saja menjelaskan kejadian sejarah melalui asal-usulnya atau melalui keterangan vertikal dalam arti waktu, namun lebih dari itu model ini juga mencoba selalu mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengapa suatu kejadian terjadi pada saat tertentu.

4. Subyektivitas dan obyektivitas dalam penulisan sejarah
                 Pengertian Subyektivitas, subyektivitas mengacu kepada apa yang berasal dari pikiran (kesadaran , bukan dari sumber-sumber obyektif).
 Faktor-faktor yang mempengaruhi subyektivitas dalam sejarah :
a. Rasa senang dan tidak senang setiap individu atau prasangka pribadi 
b. Prasangka kelompok
c. Penafsiran yang berlainan mengenai faktor-faktor sejarah
d. Pandangan hidup yang berbeda-beda dari kelompok masyarakat. 

                   Pengertian Obyektifitas adalah sesuatu gambaran sesuai dengan kenyatannya (Ali : 2005).
 Subyektivitas dan Obyektivitas merupakan satu kesatuan utuh yang terkandung dalam jiwa seorng sejarawan ketika menorehkan fakta historis kedalam sebuah media tulis. Subyektivitas berangkat dari Obyektivitas yang Obyektivistik. Kenyataan yang terkandung dalam setiap fakta sejarah secara substansial selalu dikuti oleh aspek subyektif sang sejarawan, hal ini merupakn satu kesatuan antara pandangan pribadi atas suatu peristiwa sejarah dan ilmu bantu yang ia gunakan, dan filsafat sejarah apa yang dianut ketika memandang suatu peristiwa sejarah dalam konteks fakta historis.

 Menurut pendapat saya subyektivitas dalam tulisan para sejarahwan tidak dapat terelakkan lagi. karena dalam setiap penulisan sejarah tidak bisa terlepas dari unsur subyektivitas penulisnya. Subyektivitas terjadi disebabkan penulisan sejarah memiliki pandangan tersendiri terhadap sumber yang ia temukan, para sejarawan jelas memiliki persepsi, pandangan, latar belakang sosial budaya, status dan berbagai ketrampilan termasuk gaya bahasa yang berbeda dengan sejarawan lain. Dan jelas bahwa ada unsur subyektivitas dalam sejarah.

Referensi :
1. Ankersmit, F.R., Refleksi Tentang Sejarah; Pendapat-Pendapat Modern tentang Filsafat Sejarah, (Jakarta: Gramedia, 1987)
2. http://setracew.multiply.com/journal/item/4/definisi_sejarah
3. http://mus_1981.tripod.com/definisi_sejarah.htm
4. http://fnonk.wordpress.com/2008/08/11/multikausalitas-di-dalam-penjelasan-sejarah/
5. http://initialdastroboy.wordpress.com/2011/04/20/subyektivitas-dan-obyektivitas-sebuah-tinjauan-kritis/





















9



















1 komentar: